Kesan yang Dikenang Orang
Pendahuluan:
Siapa Turis Terbaik di Dunia? Menurut sebuah survei yang dilakukan di Eropa, orang-orang Jepang adalah turis terbaik. Setelah itu, orang-orang Amerika Serikat dan Swiss. Menurut survei itu, para turis asal Jepang bersikap sopan dan taat pada aturan. Sebanyak 35 persen responden memilih orang-orang Jepang. Survei itu dilakukan oleh sebuah situs wisata Expedia. Sebanyak 1.500 staf hotel di Eropa ditanya pendapat mereka tentang perilaku para turis. Menurut survei itu, orang-orang Swiss dinilai sebagai turis yang tenang. Tidak seperti turis asal Inggris yang berada di urutan kelima terburuk. Perilaku turis Inggris dinilai tidak menyenangkan. Mereka terlalu berisik dan jarang memberi tip. Meski demikian, responden memuji orang-orang Inggris sebagai orang yang sering berlibur dibandingkan orang-orang AS. Turis terburuk, ujar para staf hotel, adalah orang-orang Prancis, disusul India, Tiongkok, dan Rusia. Turis bergaya pakaian terburuk berasal dari AS dan Inggris.(Sumber : Suara Pembaruan)
Peralihan:
Orang mungkin akan mudah melupakan nama kita. Tapi, orang akan mudah mengingat dua hal tentang kita : kesan yang baik dan kesan yang buruk. Apa yang ingin anda tinggalkan? Mari kita belajar dari dua tokoh penguasa negeri yang besar dan kesan yang mereka tinggalkan setelah mereka mati.
1. Raja Yoram meninggalkan kesan buruk
Yoram memerintah hanya 8 tahun dan pada akhir hayatnya Alkitab menuliskan: “ … Ia meninggal dengan tidak dicintai orang…” (II Tawarikh 21:20). Lebih tragis lagi dalam akhir kalimat II Tawarikh 21:20 tersebut dikatakan; ”…Ia dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak dalam pekuburan Raja-raja.” Bukan hanya waktu hidup Yoram dibenci, setelah mati pun ia tetap dibenci dan tidak dihormati. Ia tidak disejajarkan dengan Raja-raja Israel lainnya.
Apa gerangan yang diperbuat Yoram hingga orang-orang Israel membencinya? Jika ditelusuri seluruh kisah Yoram dalam Kitab II Tawarikh 21, akan nampak jelas di sana bahwa Yoram sendiri adalah pribadi yang tidak peduli dengan cinta. Kepeduliaannya hanya ada pada kekuasaan. Demi melindungi kekuasaannya, Yoram membunuh orang-orang di sekitarnya karena takut mereka akan merebut kedudukannya (II Tawarikh 21:4). Tidak hanya itu, Yoram juga menyesatkan rakyatnya dan menganjurkan penyembahan berhala. Sebuah arahan bodoh dari seorang penguasa kepada rakyatnya (II Tawarikh 21:11).
2. Raja Hizkia meninggalkan kesan baik
Kisah Hizkia tercatat dalam II Tawarikh 29:1-32:33. Ia menjadi raja pada usia 25 tahun dan memerintah selama 29 tahun. Mari kita simak respon rakyat pada saat kematian Hizkia. “ Kemudian Hizkia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan dikuburkan di pendakian ke pekuburan anak-anak Daud. Pada waktu kematiannya seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem memberi penghormatan kepadanya….” (II Tawarikh 32:33)
Apa sebabnya Hizkia sangat dihormati? Mari kita simak penjelasan Alktab berikut ini:
a) Alkitab mengatakan : “Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya.” (29:2)
b) Alkitab juga mencatat dalam II Tawarikh 31:20-21 “Demikianlah perbuatan Hizkia di seluruh Yehuda. Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan TUHAN, Allahnya. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil.
Penutup:
Kesimpulan yang dapat saya berikan adalah: ”Terlalu mudah dan terlalu banyak jalan untuk meninggalkan kesan buruk dan diperlukan kerelaan untuk terus menerus berkorban agar menghasilkan kesan baik.”
Rabu, 20 Agustus 2008
The Other Side of Service
Dalam Roma 12, Paulus menasehati jemaat di kota Roma agar mereka mempersembahkan kehidupan mereka bagi Allah, dan yang menarik dari perikop tersebut adalah landasan Paulus dalam memberikan nasehat. Paulus berkata: “…Demi kemurahan Allah….” Frasa tersebut memberikan kesan yang kuat bahwa semuanya di awali dari kasih Allah, kebaikan Allah. Dengan kata lain, kalau kita memberikan apapun untuk Allah, itu hanyalah sebuah respon dari kemurahan Allah itu sendiri. Allah yang telah memulai terlebih dahulu.
Jika demikian, ada dua hal penting yang harus kita ingat mengenai hal mempersembahkan sesuatu kepada Allah ini. Yang pertama, ingatlah bahwa mempersembahkan sesuatu kepada Dia adalah sebuah tanggapan yang sudah sewajarnya kita berikan. Kemuadian yang kedua, jika kita tidak pernah mempersembahkan sesuatu kepada Allah atau menahan sesuatu yang seharusnya kita persembahkan pada Allah, itu sama artinya dengan tidak tahu berterima kasih pada Allah.
Istilah mempersembahkan sesuatu kepada Allah inilah yang akhirnya bermuara pada istilah “melayani Allah.” Ketika kita mempersembahkan uang atau harta kita untuk keperluan gereja, kita disebut melayani Allah dengan harta kita. Saat kita mengatur bangku gereja, menyapu halaman gereja, kita disebut melayani Tuhan dengan tenaga kita. Ditengah kesibukan segala kesibukan pekerjaan, kita masih mau melatih koor di gereja, kita disebut melayani Tuhan dengan talenta kita. Masih banyak lagi contoh yang dapat kita sebut untuk menjelaskan tindakan “melayani” tersebut. Akan tetapi waspadalah supaya jangan kita terjebak untuk mengunakan istilah “melayani” hanya berhubungan dengan bentuk-bentuk kegiatan di gereja saja.
Melayani Tuhan itu luas sekali cakupannya. Untuk menggambarkan secara sederhana kita dapat mengutip ucapan Paulus dalam I Korintus 10:31:”…lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Di dalam gereja atau diluar gereja, dilihat orang ataupun tidak, ketika kita melakukannya dengan baik sebagai respon terhadap kebaikan Allah, itu artinya kita sedang melayani Allah. Itulah sebabnya tidak salah jika kita menyebut “melayani itu gampang.” Memang gampang tetapi bukan gampangan, supaya dihargai orang, daripada nggak ada kerjaan, biar dapet jodoh dan banyak motivasi lainnya yang ternyata bukan untuk kemuliaan Allah.
Salah satu bentuk lain dari melayani Allah adalah seperti yang diungkapkan olej Paulus dalam kitab Roma pasal 14. Bahkan menurut Paulus jika kita melayani Tuhan dengan cara tersebut, kita akan mendapatkan berkat ganda yaitu, akan dihormati oleh manusia dan juga juga dihormati Allah (coba lihat dalam ayat 18)
Roma pasal 12 hingga pasal 15 ditulis oleh Paulus sebagai satu bingkai yang di dalamnya memuat bentuk-bentuk praktis dari pelayanan pada Allah yang harus kita kerjakan. Dan jika kita melihat lebih khusus dalam pasal 14, kita akan menemukan 2 (dua) bentuk praktis dari melayani Allah yang ternyata bukan hanya sebagai kegiatan di atas mimbar gereja. Itulah yang dapat disebut sebagai sisi lain dari pelayanan.
Hal pertama adalah dengan tidak menjadi batu sandungan buat orang lain (ayat 13). Itulah sisi lain dari pelayanan! Frasa batu sandungan datang dari istilah Skandalon dalam terjemahan asli Alkitab, yang dapat diartikan sebagai “sesuatu yang dapat membuat orang lain terusik atau berubah haluan.” Konteks yang disajikan oleh Paulus dalam Roma pasal 14 memang adalah dalam hal apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Tetapi jika kita tarik sebuah eksposisi dari kebenaran tersebut, ada banyak hal yang harus kita jaga agar tidak membuat orang lain berubah haluan imannya. Cara berbicara kita yang tidak sopan dapat menjadi sandungan, cara berpakaian kita yang seronok dapat menjadi sandungan, cara bekerja kita yang sembrono juga dapat jadi batu sandungan. Jadi sebenarnya ruang lingkup pelayanan kita sangat luas, bukan hanya di dalam gedung gereja tapi juga di rumah, kantor, sekolah atau di mana saja kita berpijak.
Hal kedua adalah dengan tidak menghakimi orang lain (ayat 3). Mungkin saja jemaat di Roma saat itu sedang mengalami persoalan ini, sebab dalam Roma 14:3 Paulus menyinggungnya. Mereka mengungkapkan, menceritakan sesuatu yang buruk tentang saudara seiman mereka sendiri, dan karena itulah Paulus berkata :”…Janganlah kita saling menghakimi….” (ayat 13) sebab hal penghakiman itu adalah hak Allah, demikian menurut Paulus (ayat 10-12.) Allah ingin kita melayani Dia dengan cara ini juga. Jangan membicarakan sesuatu yang buruk dari orang lain, apalagi jika tanpa bukti. Dan kalaupun terbukti, janganlah terus kita bicarakan sebab seharusnya kasih itu menutupi pelanggaran.
Itulah sisi lain dari melayani Tuhan. Sederhana, praktis tetapi harus dilakukan oleh semua orang Kristen. Jika pelayanan koor gereja membutuhkan ketrampilan menyanyi, bermusik, dan pelayanan berkhotbah membutuhkan ketrampilan berbicara di depan umum serta penguasaan Alkitab yang memadai maka pelayanan mengangkat batu sandungan dan penghakiman kepada orang lain hanya membutuhkan hati yang tulus dan rela dan ingatlah bahwa semua pelayanan itu penting sifatnya, entahkah dilakukan di dalam atau di luar gereja, terlihat langsung ataupun tidak.
Untuk melakukan kedua jenis pelayanan di atas kita dapat mulai melakukannya dengan dua hal sederhana berikut: Pertama, Berilah kesempatan untuk orang lain mengungkapkan haknya dan hormatilah (Roma 14:1.) Kedua, terimalah setiap bentuk perbedaan dan hormatilah, asalkan kita ingat bahwa semua yang kita kerjakan haruslah untuk kemuliaan Tuhan dan sebagai wujud dari penyembahan padaNya (Roma 14:6-8.)
Melayani itu gampang, tetapi bukan gampangan! Selamat melayani!!!
Dalam Roma 12, Paulus menasehati jemaat di kota Roma agar mereka mempersembahkan kehidupan mereka bagi Allah, dan yang menarik dari perikop tersebut adalah landasan Paulus dalam memberikan nasehat. Paulus berkata: “…Demi kemurahan Allah….” Frasa tersebut memberikan kesan yang kuat bahwa semuanya di awali dari kasih Allah, kebaikan Allah. Dengan kata lain, kalau kita memberikan apapun untuk Allah, itu hanyalah sebuah respon dari kemurahan Allah itu sendiri. Allah yang telah memulai terlebih dahulu.
Jika demikian, ada dua hal penting yang harus kita ingat mengenai hal mempersembahkan sesuatu kepada Allah ini. Yang pertama, ingatlah bahwa mempersembahkan sesuatu kepada Dia adalah sebuah tanggapan yang sudah sewajarnya kita berikan. Kemuadian yang kedua, jika kita tidak pernah mempersembahkan sesuatu kepada Allah atau menahan sesuatu yang seharusnya kita persembahkan pada Allah, itu sama artinya dengan tidak tahu berterima kasih pada Allah.
Istilah mempersembahkan sesuatu kepada Allah inilah yang akhirnya bermuara pada istilah “melayani Allah.” Ketika kita mempersembahkan uang atau harta kita untuk keperluan gereja, kita disebut melayani Allah dengan harta kita. Saat kita mengatur bangku gereja, menyapu halaman gereja, kita disebut melayani Tuhan dengan tenaga kita. Ditengah kesibukan segala kesibukan pekerjaan, kita masih mau melatih koor di gereja, kita disebut melayani Tuhan dengan talenta kita. Masih banyak lagi contoh yang dapat kita sebut untuk menjelaskan tindakan “melayani” tersebut. Akan tetapi waspadalah supaya jangan kita terjebak untuk mengunakan istilah “melayani” hanya berhubungan dengan bentuk-bentuk kegiatan di gereja saja.
Melayani Tuhan itu luas sekali cakupannya. Untuk menggambarkan secara sederhana kita dapat mengutip ucapan Paulus dalam I Korintus 10:31:”…lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Di dalam gereja atau diluar gereja, dilihat orang ataupun tidak, ketika kita melakukannya dengan baik sebagai respon terhadap kebaikan Allah, itu artinya kita sedang melayani Allah. Itulah sebabnya tidak salah jika kita menyebut “melayani itu gampang.” Memang gampang tetapi bukan gampangan, supaya dihargai orang, daripada nggak ada kerjaan, biar dapet jodoh dan banyak motivasi lainnya yang ternyata bukan untuk kemuliaan Allah.
Salah satu bentuk lain dari melayani Allah adalah seperti yang diungkapkan olej Paulus dalam kitab Roma pasal 14. Bahkan menurut Paulus jika kita melayani Tuhan dengan cara tersebut, kita akan mendapatkan berkat ganda yaitu, akan dihormati oleh manusia dan juga juga dihormati Allah (coba lihat dalam ayat 18)
Roma pasal 12 hingga pasal 15 ditulis oleh Paulus sebagai satu bingkai yang di dalamnya memuat bentuk-bentuk praktis dari pelayanan pada Allah yang harus kita kerjakan. Dan jika kita melihat lebih khusus dalam pasal 14, kita akan menemukan 2 (dua) bentuk praktis dari melayani Allah yang ternyata bukan hanya sebagai kegiatan di atas mimbar gereja. Itulah yang dapat disebut sebagai sisi lain dari pelayanan.
Hal pertama adalah dengan tidak menjadi batu sandungan buat orang lain (ayat 13). Itulah sisi lain dari pelayanan! Frasa batu sandungan datang dari istilah Skandalon dalam terjemahan asli Alkitab, yang dapat diartikan sebagai “sesuatu yang dapat membuat orang lain terusik atau berubah haluan.” Konteks yang disajikan oleh Paulus dalam Roma pasal 14 memang adalah dalam hal apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Tetapi jika kita tarik sebuah eksposisi dari kebenaran tersebut, ada banyak hal yang harus kita jaga agar tidak membuat orang lain berubah haluan imannya. Cara berbicara kita yang tidak sopan dapat menjadi sandungan, cara berpakaian kita yang seronok dapat menjadi sandungan, cara bekerja kita yang sembrono juga dapat jadi batu sandungan. Jadi sebenarnya ruang lingkup pelayanan kita sangat luas, bukan hanya di dalam gedung gereja tapi juga di rumah, kantor, sekolah atau di mana saja kita berpijak.
Hal kedua adalah dengan tidak menghakimi orang lain (ayat 3). Mungkin saja jemaat di Roma saat itu sedang mengalami persoalan ini, sebab dalam Roma 14:3 Paulus menyinggungnya. Mereka mengungkapkan, menceritakan sesuatu yang buruk tentang saudara seiman mereka sendiri, dan karena itulah Paulus berkata :”…Janganlah kita saling menghakimi….” (ayat 13) sebab hal penghakiman itu adalah hak Allah, demikian menurut Paulus (ayat 10-12.) Allah ingin kita melayani Dia dengan cara ini juga. Jangan membicarakan sesuatu yang buruk dari orang lain, apalagi jika tanpa bukti. Dan kalaupun terbukti, janganlah terus kita bicarakan sebab seharusnya kasih itu menutupi pelanggaran.
Itulah sisi lain dari melayani Tuhan. Sederhana, praktis tetapi harus dilakukan oleh semua orang Kristen. Jika pelayanan koor gereja membutuhkan ketrampilan menyanyi, bermusik, dan pelayanan berkhotbah membutuhkan ketrampilan berbicara di depan umum serta penguasaan Alkitab yang memadai maka pelayanan mengangkat batu sandungan dan penghakiman kepada orang lain hanya membutuhkan hati yang tulus dan rela dan ingatlah bahwa semua pelayanan itu penting sifatnya, entahkah dilakukan di dalam atau di luar gereja, terlihat langsung ataupun tidak.
Untuk melakukan kedua jenis pelayanan di atas kita dapat mulai melakukannya dengan dua hal sederhana berikut: Pertama, Berilah kesempatan untuk orang lain mengungkapkan haknya dan hormatilah (Roma 14:1.) Kedua, terimalah setiap bentuk perbedaan dan hormatilah, asalkan kita ingat bahwa semua yang kita kerjakan haruslah untuk kemuliaan Tuhan dan sebagai wujud dari penyembahan padaNya (Roma 14:6-8.)
Melayani itu gampang, tetapi bukan gampangan! Selamat melayani!!!
Langganan:
Postingan (Atom)