Kamis, 24 Juli 2008

Kenyataan yang tak terbantahkan

Kenyataan yang tak terbantahkan dalam kehidupan

Berbeda dengan renungan hari-hari sebelumnya, di mana saudara diajak untuk membaca Alkitab kemudian mengisi beberapa pertanyaan yang tujuannya untuk merangsang perenungan saudara akan Firman Tuhan menjadi semakin tajam, pada empat hari yang tersisa dalam saat teduh “Hidup dalam kelimpahan Allah” ini saudara hanya perlu membacanya berulang-ulang dan terus memikirkannya hingga saudara akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini ternyata memang tidak selamanya mulus. Namun bagi orang yang sungguh percaya pada Yesus kehidupan yang berliku tidak selalu berarti kita ditinggalkan Tuhan.
Sadarilah ketika kita tetap setia kepada Allah dan perintah-perintah-Nya pun, hambatan bisa saja datang tanpa kita undang, tetapi janganlah hal itu membuat kita menjadi pecundang sebab kadang kala Allah menginjinkan hal itu untuk menghasilkan kesempurnaan bagi kita. Tepat seperti diyakini oleh seorang Kardinal Inggris yang hidup tahun 1801-1890. Kardinal itu adalah John Henry Newman yang berkata “Hidup itu untuk berubah. Kesempurnaan pun hanya dapat teraih jika sering melakukan perubahan.” Dan Allah senang jika kita berjalan menuju kepada kesempurnaan- bukan kenyamanan. Ketika Allah menginjinkan jalanan hidup kita terjal mendaki, berliku dan penuh onak dan duri yang menyakitkan , percayalah bahwa Sang Pengemudi hidup kita yaitu Yesus sedang membawa kita mencapai kesempurnaan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Selamat menikmati perjalanan menuju kesempurnaan itu!

SABAR TAPI BUKAN PASRAH


Ketika segalanya tidak seperti yang kita harapkan:
SABAR TAPI BUKAN PASRAH
Filipi 4:11-13
Harapan Pham Ngoc Canh seorang mahasiswa Vietnam yang belajar ilmu kimia di Korea Utara tahun 1971 untuk mempersunting Ri Young Hui gadis Korea Utara yang dikenalnya di depan laboratorium kampus musnah sudah, sebab rezim di Korea Utara melarang warganya berhubungan dengan orang asing meski dari Negara komunis seperti Vietnam. Cinta yang terkandas hanya karena perbedaan bangsa dan nilai politik tentu saja bukan harapan Pham Ngoc Canh. Tentu Pham dan Ri bersedih karena kenyataan itu. Bukan hanya Pham dan Ri, setiap orang yang memiliki harapan dan akhirnya harapan itu tidak terwujud tentu kecewa. Tetapi itulah kenyataan yang harus kita terima: Bahwa kadangkala segala sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan rencanakan.
Paulus pun seorang Rasul Allah yang karena ilham Roh telah menulis 14 kitab dalam Perjanjian Baru harus menerima kenyataan bahwa hidup tidaklah mulus seperti yang dibayangkan oleh setiap manusia. Kalaupun Paulus sadar bahwa ia harus memikul salib sebagai konsekuensi pengabdiannya pada Kristus, dia tentu tidak menduga jika harus mengalami kelaparan, rasa haus, dipukul orang, mengembara tanpa tempat tinggal yang pasti, dimaki, difitnah, mengalami banjir, berhadapan dengan rampok dan bahkan menurut sejarah ia harus berkali-kali dipenjara-baik dalam tahanan rumah ataupun penjara dengan tingkat pengamanan maximum security (I Korintus 4:11-13;II Korintus 11:23-27.) Manis-getirnya kehidupan yang pernah ia jalani membuat Paulus dapat berkata:
Filipi 4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.

Ketika segalanya tidak seperti yang kita harapkan, dengarkanlah nasihat Rasul Paulus dalam Kitab Roma 12:12 “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Tetaplah bersukacita sebab semua masalah pasti dapat kita tanggung di dalam Dia (Filipi 4:3). Tetaplah tekun berdoa, sebab doa adalah jembatan penghubungan antara kita dengan Sang Maha Kuasa; penolong yang Agung. Dan selanjutnya yang tidak kalah penting tetaplah sabar! Sabar dan bukan pasrah. Pasrah itu berkonotasi menyerah kalah tetapi sabar (dalam bahasa Gerika = Makrothumia) salah satu artinya adalah “SEMANGAT YANG TIDAK KENAL MENYERAH DAN AKHIRNYA MENGHASILKAN PAHALA”
Sabar itu berarti aktif berusaha mencari jalan keluar, aktif memperbaiki kesalahan-kesalahan kita yang mungkin saja menyebabkan rintangan itu muncul. Dan tentu saja aktif mencari Tuhan dan hikmat-Nya untuk menanggung dan mengatasi masalah kita.
Masih ingat dengan cerita Pham dan Ri yang saya tulis di atas? Kedunya memutuskan untuk tidak menikah dengan orang lain. Akhirnya berkat kesabaran mereka yang aktif dengan terus saling bersurat selama 20 tahun tanpa pernah bertemu. Berkat kesabaran mereka yang aktif meminta dukungan kedutaan masing-masing Negara dan juga surat Pham kepada Presiden dan Menteri Luar Negeri Vietnam untuk meminta dukungan, akhirnya Bulan September tahun 2002 mereka bertemu kembali dan pemerintahan Korea Utara mengijinkan mereka menikah. Dihadiri 700 undangan yang menjadi saksi disertai mata yang berkaca-kaca, pada Bulan Desember 2002 meraka menikah pada usia 50 tahun di Hanoi,… setelah menunggu 30 tahun. Happy Ending! (By.Nng)

Rabu, 23 Juli 2008

PASTI ADA MAKSUDNYA



Pasti Ada Maksud-Nya!
Kejadian 45:4-8
Apa jadinya jika harapan dan kesempatan yang bersemi di depan mata tiba-tiba saja mati? Kecewa tentunya! Perasaan yang sama di alami oleh Frank Slasak seorang guru yang mulanya berhasil menyisihkan 42.900 orang untuk menjalani latihan astonout di bawah komanda lembaga antariksa NASA dan selanjutnya akan diterbangkan keluar angkasa dengan pesawat ulang-alik Challenger 51-L. Namun mimpinya untuk menjadi astronaut harus dukuburnya dalam-dalam ketika dalam penyaringan berikutnya ia dikalahkan seorang wanita Christina McAufliffe. Rasa percaya dirinya lenyap. Amarah menggantikan kebahagiaan yang mulai terajut dan dia berseru “apa yang kurang Tuhan?”
Hidup Frank benar-benar dikuasai kegelapan yang tidak pasti kala itu, bahkan ayahnya yang mencoba membesarkan hatinya dengan berkata “ semua ini terjadi pasti karena suatu alasan” tidak dihiraukannya. Dalam kehancuran yang memilukan, Selasa 28 Januari 1986, Frank berkumpul bersama teman-teman dan keluarga untuk menyaksikan peluncuran itu. Ia masih saja berkhayal kalau ia yang ada di sana. Ia berpikir bahwa ia bersedia melakukan apa saja asal ia yang berada di sana. Tujuh puluh tiga detik kemudian saat pesawat itu melewati menara landasan pacu dan disaksikan oleh jutaan mata. Tuhan menjawab semua pertanyaan Frank “…mengapa bukan aku yang ada di daam pesawat itu?” pesawat kebanggaan itu meledak, dan semua penumpangnya tewas. Frank baru menyadari bahwa Tuhan memiliki alasan lain untuk keberadaannya di bumi ini.
Demikian pula dengan Yusuf. Dibutuhkan waktu yang tidak pendek untuk menyadari mengapa ia harus dibuang ke sumur, menjadi budak, dijebloskan ke dalam penjara hingga di angkat menjadi penguasa di Mesir. Mungkin saja dia baru menyadarinya pada saat berhadapan dengan saudara-saudaranya yang sedang menjadi korban bencana kelaparan, hingga akhirnya ia mampu berkata:
“…janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu… Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
(Baca kembali Kejadian 45:4-8)
Namun demikian dibutuhkan positive attitude untuk meyakini tragedi yang terjadi sebagai sebuah janji surgawi akan hidup yang lebih berarti. Sikap positif itu akan lahir ketika kita tekun berdoa, tekun berharap dan sabar (Roma 12:12.) Jika hidupmu sekarang seperti sebuah tragedi jangan berkata “God is not fair!” Percayalah bahwa “God is always fair” – Kehendak-Nya memang selalu adil, Dia Maha Tahu, lebih tahu dari kita apa yang membentang di depan sana. Sabarlah…kelak kita akan tahu maksud-Nya. Jika engkau lelah ingat saja janjinya dalam Pengkhotbah 3:11 yang berkata: “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya….” Jika engkau percaya janji ini ucapkan: AMIN!! (by Nanang)