MELAYANG...
Natanael blog's
Minggu, 21 Agustus 2011
Shoulder to Cry On
Beberapa waktu lalu kita dihebohkan dengan penampilan seorang anggota brimob di Gorontalo yang menari dan melakukan lips sing pada saat bertugas jaga dikantornya. Ratusan komentar bercampur aduk’ Baik-buruk semua menyatu. Komentar buruk mengatakan polisi itu tidak disiplin, mengabaikan panggilan utama. Komentar baik yang mendukung polisi itu mengatakan bahwa ia adalah Brimob kreatif. Sedangkan mereka yang lebih humanis mengatakan bahwa tindakan itu wajar ditengah tekanan pekerjaan berat dan kesepian seorang anggota Brimob.
Beberapa hari belakangan saya juga bertemu beberapa orang Kristen yang mengatakan bahwa ia telah hilang semangat! Bahkan meminta Tuhan mengambil saja nyawanya. Orang kristen lainnya berkata memang 2011 ini susah buat usaha, untuk perasional hidup saja tampak berat bagi dia dan keluarganya.
Keadaan Zaman ini: Manusia Diserang Stress
Hidup manusia memang ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik, mental-emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi dengan baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya seringkali usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut mendapat banyak rintangan dan hambatan. Tidak terpenuhinya keseimbangan diantara hal-hal di atas itulah yang membuat manusia mengalami stress.
Keadaan itu semakin bertambah buruk apabila manusia tidak memiliki tempat curhat. Richard Farson, seorang profesor Humanistic Psychology Institute di San Fransisco mengatakan dalam surveinya bahwa “Jutaan orang Amerika tidak pernah punya lebih dari satu menit selama hidupnya untuk menceritakan persoalan hidupnya kepada orang yang bisa dipercayainya”. Tidaklah mengherankan jika angka depresi dan pemakaian obat-obat anti depresi tergolong sangat tinggi di Amerika.
Manusia Butuh Pertolongan
Pertolongan seperti apa? Pertama, manusia butuh orang lain! Memang tidak mudah mempercayai seseorang dan cukup berisiko mempercayakan persoalan kita pada orang lain. Tapi, jika ingin bertumbuh dan berkembang secara sehat, kadang kita membutuhkan bahu orang lain dimana kita bisa bersandar! Berbahagialah orang yang mempunyai ‘Shoulder To Cry On’
Pertolongan kedua harus diusahakan dari dalam orang itu sendiri. Ia harus secepatnya meletakkan beban itu! Pada saat memberikan kuliah tentang Management Stress, Stephen Covey mengangkat gelas air dan bertanya kepada para siswanya : "Seberapa berat menurut Anda segelas air ini ?" Para siswa menjawab mulai dari 200 gram sampai 500 gram. "Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama Anda memegangnya," kata Covey. "Jika saya memegang gelas ini selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin Anda harus memanggil ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin terasa," jelas Covey. " Inilah sikap kita! Pilih melepaskan atau terus menggenggamnya seolah beban itu adalah kutukan?
Pada Bahu Siapa Kita Datang?
Melalui risetnya Dr Karen Grewen, peneliti asal Universitas North Carolina mengatakan bahwa berpelukan dapat melepaskan hormon oxytocin,yang berhubungan dengan perasaan cinta dan kedamaian. Namun demikian kita harus bijaksana, dengan siapa kita berpelukan? Jangan sampai malah menimbulkan masalah baru. Sama seperti tips diatas, manusiapun perlu menemukan bahu yang tepat untuknya bersandar. Di bahu Yesus pasti tepat!
Matius 11:27-30: Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."
Perhatikanlah perkataan Yesus untuk meyakinkan pendengarnya waktu itu: “semua telah diserahkan kepadaKu....” Ini menunjukkan besarnya kekuasaan atau otoritas Yesus Kristus di muka bumi ini.
Yesus masih mengontrol bumi ini.
Yesus masih mengontrol Indonesia.
Yesus masih mengontrol gerejaNya.
Yesus juga masih mengontrol umatNya (termasuk Saudara dan saya!).
Allah yang berkuasa itu kini memanggil kita yang lelah (feel fatigue- lelah karena kerja keras dan hasilnya tidak sesuai harapan) dan yang berbeban berat (heavy laden-dirundung derita) untuk datang kepadaNya. Dia menyediakan bahuNya untuk kita menangis dan berkeluh. Dia menyediakan kelegaan atau kesegaran kembali bagi mereka yang mendekat padaNya. Dia menggenapi nubuat Yesaya 42:3 : “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.”
Sabtu, 18 Desember 2010
Terarah Dalam Langkah
Fajar merekah, menyembul muncul mengganti langit kelam di tahun silam
Semburat merah di timur muncul dan membuat luntur embun yang semalaman tergolek di atas rumput dan dedaunan
Isak tangis, derai tawa…peluh bahkan cucuran darah
Bukanlah ukuran kebahagiaan
Yang kemarin terjadi bukan berarti esok tak kan datang lagi
Tapi bukan juga untuk ditakuti
Kebahagiaan datang seperti fajar yang merekah..
Saat hidup ini terarah dalam langkah..
Tak takut melepaskan kalau memang harus dilepaskan
Tidak juga gentar untuk memikul jika memang harus kita yang menanggung
Kebahagiaan datang seperti fajar yang bersinar
Saat hidup ini dilalui dengan benar..
Tetap kokoh walau menangis
Dan tidak lengah walau tertawa..
(nanang)
Semburat merah di timur muncul dan membuat luntur embun yang semalaman tergolek di atas rumput dan dedaunan
Isak tangis, derai tawa…peluh bahkan cucuran darah
Bukanlah ukuran kebahagiaan
Yang kemarin terjadi bukan berarti esok tak kan datang lagi
Tapi bukan juga untuk ditakuti
Kebahagiaan datang seperti fajar yang merekah..
Saat hidup ini terarah dalam langkah..
Tak takut melepaskan kalau memang harus dilepaskan
Tidak juga gentar untuk memikul jika memang harus kita yang menanggung
Kebahagiaan datang seperti fajar yang bersinar
Saat hidup ini dilalui dengan benar..
Tetap kokoh walau menangis
Dan tidak lengah walau tertawa..
(nanang)
Sabtu, 27 November 2010
Tak Berkesudahan Kasih Setia Tuhan
Refleksi atas Kitab Ratapan Pasal 3
Di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, terdapat sebuah obyek wisata yang unik. Di sana terdapat api yang tak kunjung padam di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan. Hebatnya, api yang muncul di permukaan tanah ini tidak pernah padam meski diguyur hujan lebat. Apakah warga disana tidak takut dengan resiko kebakaran? Rasanya tidak, sebab api hanya menyala di tanah sekitar lingkaran pagar yang dibuat warga. Jika tanah di sekitar titik api digali, nyala api akan menjadi besar. Kabarnya nyala api tersebut sama seperti api dari kompor gas yang biru dan bertekanan udara. Tak jarang para pelancong memanfaatkan api abadi itu untuk membakar ayam atau jagung yang sengaja disediakan pedagang di sekitar lokasi.
Itulah bagian kecil dari banyak keajaiban lain di negeri tercinta ini. Jika kita mengingat berbagai keajaiban atau keindahan di dunia ini tentu saja semuanya tak dapat dilepaskan dari sosok agung yang menciptakan dan memelihara semesta ini. Dialah Allah yang kita kenal di dalam nama Yesus Kristus. Alkitab mengatakan bahwa rahmatNya tidak akan pernah habis bagi sekalian umat. Kesetiaannya tak akan pernah menyusut bagi segenap orang yang berharap kepadaNya (Ratapan 3:25). Hal yang luar biasa tentang janji Allah di dalam kitab Ratapan itu adalah bahwa janji itu diberikan Allah ditengah kesesakan karena runtuhnya Yerusalem.
Lalu apa maknanya bagi kita? Tuhan memberi jawab atas pertanyaan itu di dalam Ratapan 3:31-32: “Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan, karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya.” Itu artinya Tuhan pasti akan membawa pemulihan bagi bangsa kita. Dia juga akan memulihkan gerejaNya dan tentu saja Ia akan memulihkan keluarga kita, apapun tantangan yang saat ini menghadang. Jangan lelah menantikan Dia sebab Alkitab berkata: “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan.”( Ratapan 3:26)
Renungan :Menanti memang merupakan pekerjaan yang membosankan, tetapi percayalah bahwa jika kita menanti-nantikan Allah (berharap penuh kepadaNya) Dia akan membuat kita bersorak-sorai. Teguhkanlah hatimu sebab Dia dekat saat engkau memanggil namaNya (Ratapan 3:57)
Di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, terdapat sebuah obyek wisata yang unik. Di sana terdapat api yang tak kunjung padam di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan. Hebatnya, api yang muncul di permukaan tanah ini tidak pernah padam meski diguyur hujan lebat. Apakah warga disana tidak takut dengan resiko kebakaran? Rasanya tidak, sebab api hanya menyala di tanah sekitar lingkaran pagar yang dibuat warga. Jika tanah di sekitar titik api digali, nyala api akan menjadi besar. Kabarnya nyala api tersebut sama seperti api dari kompor gas yang biru dan bertekanan udara. Tak jarang para pelancong memanfaatkan api abadi itu untuk membakar ayam atau jagung yang sengaja disediakan pedagang di sekitar lokasi.
Itulah bagian kecil dari banyak keajaiban lain di negeri tercinta ini. Jika kita mengingat berbagai keajaiban atau keindahan di dunia ini tentu saja semuanya tak dapat dilepaskan dari sosok agung yang menciptakan dan memelihara semesta ini. Dialah Allah yang kita kenal di dalam nama Yesus Kristus. Alkitab mengatakan bahwa rahmatNya tidak akan pernah habis bagi sekalian umat. Kesetiaannya tak akan pernah menyusut bagi segenap orang yang berharap kepadaNya (Ratapan 3:25). Hal yang luar biasa tentang janji Allah di dalam kitab Ratapan itu adalah bahwa janji itu diberikan Allah ditengah kesesakan karena runtuhnya Yerusalem.
Lalu apa maknanya bagi kita? Tuhan memberi jawab atas pertanyaan itu di dalam Ratapan 3:31-32: “Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan, karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya.” Itu artinya Tuhan pasti akan membawa pemulihan bagi bangsa kita. Dia juga akan memulihkan gerejaNya dan tentu saja Ia akan memulihkan keluarga kita, apapun tantangan yang saat ini menghadang. Jangan lelah menantikan Dia sebab Alkitab berkata: “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan.”( Ratapan 3:26)
Renungan :Menanti memang merupakan pekerjaan yang membosankan, tetapi percayalah bahwa jika kita menanti-nantikan Allah (berharap penuh kepadaNya) Dia akan membuat kita bersorak-sorai. Teguhkanlah hatimu sebab Dia dekat saat engkau memanggil namaNya (Ratapan 3:57)
Selasa, 31 Agustus 2010
Aku puas dengan rupaMu (Maz 17)
John Maxwell pernah menuliskan bahwa orang Kristiani yang lemah hanya melihat kebaikan di dalam Allah. Ketika kebaikan berdatangan, seorang Kristen yang lemah dan belum dewasa akan berkata: “ Hmm, segala sesuatunya berjalan begitu lancar, saya tahu Allah pasti hadir didalamnya.” Selanjutnya Maxwell menuliskan juga bahwa seorang Kristen yang kuat melihat Allah baik dalam keadaan susah maupun senang. Tentu saja ini sejalan dengan keyakinan Paulus dalam Kitab Roma 8:28 bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap pribadi yang mengasihiNya.
Pendapat Maxwell tersebut di atas tentu saja benar, sebab seorang anak Tuhan yang taat sekalipun, masih mungkin akan mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan di dalam hidupnya . Rintihan doa Daud di dalam Mazmur 17 adalah salah satu contoh bahwa seorang yang dikenan oleh Allah sekalipun dapat berada dalam tekanan. Dalam hal ini Daud merasa ada dalam penghakiman, kepungan dan akan dijatuhkan oleh musuh-musuhnya. Tetapi sekali lagi, sebagai seorang yang dekat dengan Tuhan, Daud menunjukkan kualitasnya dalam menghadapi tekanan. Daud menanggapi situasinya dengan bijak dan tepat.
Charles Swindoll pernah mengatakan bahwa kualitas kehidupan kita 10% ditentukan dari apa yang menimpa kita dan 90% ditentukan oleh reaksi kita atas apa yang menimpa kita. Simaklah tanggapan Daud saat berada di dalam tekanan: “ . . .dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan . . .aku akan menjadi puas dengan rupaMu.”(15) Dengan memandang wajah Allah (bersekutu dengan Allah) Daud merasa mendapat kepuasan. Kepuasan apa yang keluar dari wajah Allah? Jawabnya ada pada Mazmur Daud yang lain. Bacalah Maz. 4:7 (wajahNya adalah gambaran dari terang yang akan menerangi kita dari gelapnya ujian hidup); Maz. 31:21 (wajahNya adalah gambaran tempat perlindungan dari niat jahat manusia untuk menjatuhkan kita); Maz.34:17 (wajahNya juga merupakan gambaran kekuatan Allah yang akan menentang orang-orang jahat yang hendak menciderai umatNya). Sungguh, aku puas dengan rupaMu!
Tanyakan pada dirimu, apa yang benar-benar memuaskanmu hari-hari ini? Kekayaankah? Prestasi-prestasi? Jabatan? Semua itu mudah berlalu dan ketika hal itu berlalu, kita akan kehilangan arti. Namun jika kita pandang wajah Allah, apapun situasi hidup kita, Dia akan bertindak dan memberikan kekuatan pada kita.
Pendapat Maxwell tersebut di atas tentu saja benar, sebab seorang anak Tuhan yang taat sekalipun, masih mungkin akan mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan di dalam hidupnya . Rintihan doa Daud di dalam Mazmur 17 adalah salah satu contoh bahwa seorang yang dikenan oleh Allah sekalipun dapat berada dalam tekanan. Dalam hal ini Daud merasa ada dalam penghakiman, kepungan dan akan dijatuhkan oleh musuh-musuhnya. Tetapi sekali lagi, sebagai seorang yang dekat dengan Tuhan, Daud menunjukkan kualitasnya dalam menghadapi tekanan. Daud menanggapi situasinya dengan bijak dan tepat.
Charles Swindoll pernah mengatakan bahwa kualitas kehidupan kita 10% ditentukan dari apa yang menimpa kita dan 90% ditentukan oleh reaksi kita atas apa yang menimpa kita. Simaklah tanggapan Daud saat berada di dalam tekanan: “ . . .dalam kebenaran akan kupandang wajahMu, dan . . .aku akan menjadi puas dengan rupaMu.”(15) Dengan memandang wajah Allah (bersekutu dengan Allah) Daud merasa mendapat kepuasan. Kepuasan apa yang keluar dari wajah Allah? Jawabnya ada pada Mazmur Daud yang lain. Bacalah Maz. 4:7 (wajahNya adalah gambaran dari terang yang akan menerangi kita dari gelapnya ujian hidup); Maz. 31:21 (wajahNya adalah gambaran tempat perlindungan dari niat jahat manusia untuk menjatuhkan kita); Maz.34:17 (wajahNya juga merupakan gambaran kekuatan Allah yang akan menentang orang-orang jahat yang hendak menciderai umatNya). Sungguh, aku puas dengan rupaMu!
Tanyakan pada dirimu, apa yang benar-benar memuaskanmu hari-hari ini? Kekayaankah? Prestasi-prestasi? Jabatan? Semua itu mudah berlalu dan ketika hal itu berlalu, kita akan kehilangan arti. Namun jika kita pandang wajah Allah, apapun situasi hidup kita, Dia akan bertindak dan memberikan kekuatan pada kita.
Rabu, 17 Februari 2010
Renungan
HIDUP DAN MENJADI YANG TERBAIK
(Kej. 10:6-12)
Hidup kita di bumi ini boleh dikata tak lebih dari sepenggal drama bertitel “Pengembaraan dalam Kefanaan.” Hal ini karena pendeknya masa pengelanaan itu dan cepatnya hari-hari itu kita lewati. Seorang pengelana bernama Musa pernah berujar : “ Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Tetapi akan menjadi sebuh ironi jika masa-masa yang singkat dalam hidup itu kita biarkan berlalu begitu saja. Rugi bagi kita kalau hidup hanya untuk ngantri mati. Simaklah baris-baris syair berikut yang menunjukkan betapa berharganya hidup ini:
Hidup itu indah, sayang jika dihabiskan untuk berkeluh kesah
Hidup itu manis, rugi jika dihabiskan hanya untuk menangis
Hidup juga terjal dan tak akan ada puncak jika kita terus bersandar ditepi bantal
Hidup juga penuh persimpangan dan kita akan tersesat tanpa pegangan.
Sahabat, jika kita jeli mencermati Kejadian 10:1-32 yang berisi daftar keturunan Sem, Ham dan Yafet, maka kita menemukan satu nama yang diulas lebih banyak oleh penulis Kitab Kejadian daripada nama-nama lainnya. Sosok tersebut adalah Nimrod (Kej. 10:8-12). Nimrod adalah seorang penguasa mula-mula dalam tatanan masyarakat purba. Memang kemudian Tuhan menyerakkan menara kesombongan kaum yang dipimpin Nimrod, tetapi dari sisi pengembangan diri tampak sekali Nimrod adalah sosok manusia yang terus melatih kapasitasnya hingga Alkitab versi King James mengatakan pada ayat 8: “he began to be a mighty one...” Sahabat, tahukah engkau bahwa kata “mighty /berkuasa” di sana diterjemahkan dari kata gibbor-gibbor yang mengandung makna orang yang kuat, seorang pejuang, seorang pahlawan, seorang pemimpin dan juga juara. Luar biasa pria ini! Ia tidak hanya bermimpi tapi juga berjuang mewujudkan mimpi itu.
Sahabat, manusia diciptakan oeh Allah menurut gambar dan rupaNya. Ini berarti di dalam diri kita terkandung potensi yang luar biasa dan harus kita kembangkan tanpa pernah putus asa.
Olimpiade Beijing 2008 yang lalu juga mencatat sejarah perjuangan seorang wanita cacat yang berlaga melawan orang-orang normal. Walau tidak menjadi juara tetapi perjuangan Natalie Du Toit dalam lomba marathon renang sungguh menginspirasi. Dia tidak menyerah dengan kaki kirinya yang harus diamputasi mulai dari lutut ke bawah, ia melatih dirinya hingga dalam kualifikasi menempati peringkat kedua dengan catatan waktu 2 jam 2 menit 7,8 detik, terpaut 5,1 detik dari sang juara Larisa Ilchenko. Du Toit mengalahkan banyak perenang dengan tubuh normal. Sahabat, janganlah menyerah apapun keadaanmu dan jadilah yang terbaik!
Hari ini mulailah menapak dengan penuh keyakinan bahwa langkah kecil kita hari ini akan menghasilkan sejarah besar di esok hari. Jangan ragu. Percayalah, bersamNya kita pasti mampu menjadi pembuat sejarah. Ingat janjinya dalam Kejadian 12:2: “ Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.”
(Kej. 10:6-12)
Hidup kita di bumi ini boleh dikata tak lebih dari sepenggal drama bertitel “Pengembaraan dalam Kefanaan.” Hal ini karena pendeknya masa pengelanaan itu dan cepatnya hari-hari itu kita lewati. Seorang pengelana bernama Musa pernah berujar : “ Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Tetapi akan menjadi sebuh ironi jika masa-masa yang singkat dalam hidup itu kita biarkan berlalu begitu saja. Rugi bagi kita kalau hidup hanya untuk ngantri mati. Simaklah baris-baris syair berikut yang menunjukkan betapa berharganya hidup ini:
Hidup itu indah, sayang jika dihabiskan untuk berkeluh kesah
Hidup itu manis, rugi jika dihabiskan hanya untuk menangis
Hidup juga terjal dan tak akan ada puncak jika kita terus bersandar ditepi bantal
Hidup juga penuh persimpangan dan kita akan tersesat tanpa pegangan.
Sahabat, jika kita jeli mencermati Kejadian 10:1-32 yang berisi daftar keturunan Sem, Ham dan Yafet, maka kita menemukan satu nama yang diulas lebih banyak oleh penulis Kitab Kejadian daripada nama-nama lainnya. Sosok tersebut adalah Nimrod (Kej. 10:8-12). Nimrod adalah seorang penguasa mula-mula dalam tatanan masyarakat purba. Memang kemudian Tuhan menyerakkan menara kesombongan kaum yang dipimpin Nimrod, tetapi dari sisi pengembangan diri tampak sekali Nimrod adalah sosok manusia yang terus melatih kapasitasnya hingga Alkitab versi King James mengatakan pada ayat 8: “he began to be a mighty one...” Sahabat, tahukah engkau bahwa kata “mighty /berkuasa” di sana diterjemahkan dari kata gibbor-gibbor yang mengandung makna orang yang kuat, seorang pejuang, seorang pahlawan, seorang pemimpin dan juga juara. Luar biasa pria ini! Ia tidak hanya bermimpi tapi juga berjuang mewujudkan mimpi itu.
Sahabat, manusia diciptakan oeh Allah menurut gambar dan rupaNya. Ini berarti di dalam diri kita terkandung potensi yang luar biasa dan harus kita kembangkan tanpa pernah putus asa.
Olimpiade Beijing 2008 yang lalu juga mencatat sejarah perjuangan seorang wanita cacat yang berlaga melawan orang-orang normal. Walau tidak menjadi juara tetapi perjuangan Natalie Du Toit dalam lomba marathon renang sungguh menginspirasi. Dia tidak menyerah dengan kaki kirinya yang harus diamputasi mulai dari lutut ke bawah, ia melatih dirinya hingga dalam kualifikasi menempati peringkat kedua dengan catatan waktu 2 jam 2 menit 7,8 detik, terpaut 5,1 detik dari sang juara Larisa Ilchenko. Du Toit mengalahkan banyak perenang dengan tubuh normal. Sahabat, janganlah menyerah apapun keadaanmu dan jadilah yang terbaik!
Hari ini mulailah menapak dengan penuh keyakinan bahwa langkah kecil kita hari ini akan menghasilkan sejarah besar di esok hari. Jangan ragu. Percayalah, bersamNya kita pasti mampu menjadi pembuat sejarah. Ingat janjinya dalam Kejadian 12:2: “ Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.”
Senin, 08 Februari 2010
Renungan
MEMBAWA PERUBAHAN
Kapan sebenarnya kita menjadi tua? Dalam artian bertambahnya bilangan usia? Ya, itu menunjukkan bukti fisik ketika seseorang berangsur tua. Bahkan sejatinya proses penuaan itu dimulai ketika kita dilahirkan. Tetapi dalam hubungannya dengan motivasi & semangat, seseorang disebut tua ketika ia tidak sanggup lagi menghadapi suatu perubahan. Setidaknya itu terbukti didalam diri S.I. Hayakawa yang pernah menjadi presiden San Francisco State University. Setelah pensiun dari jabatan prestisiusnya tersebut, bukan berarti saatnya berdiam dan menghitung hari. Pada usia tujuh puluh tahun Hayakawa justru membuat terobosan dengan menjadi anggota senat Amerika.
Jadi, berapapun usia kita saat ini...apapun profesi kita sekarang,kita harus membuat perubahan. Ketika tidak ada perubahan, kemajuan, pertumbuhan dalam hidup kita, saat itulah Saudara dan Saya telah menjadi tua! Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk bertumbuh secara rohani ataupun secara intelektualitas.Teruslah belajar. Teruslah berinovasi. Teruslah berjuang. Selama masih ada semangat, Anda belum terlalu tua!
Ada dua hal sederhana yang dapat kita tiru dari Raja Yehuda bernama ASA, dan dua hal inilah yang harus mendasari sebuah perubahan yang baik. Pertama, lakukan apa yang baik. Baik dalam arti tindakan yang berhubungan dengan sesama kita. Jangan melukai sesama, tetapi memberkati. Jangan mencuri dari sesama tetapi memberi. Jangan menjerumuskan sesama, tetapi mengentaskan mereka dari keterpurukkan. Kedua, lakukan apa yang benar dimata Tuhan. Benar dalam arti,tepat,lurus-lurus sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan coba-coba serong, walau hanya sepersekian derajat. Inilah bisnis orang percaya: MEMBUAT PERUBAHAN! (Tentu yang positif). Simak 2 Taw. 14:2
Kapan sebenarnya kita menjadi tua? Dalam artian bertambahnya bilangan usia? Ya, itu menunjukkan bukti fisik ketika seseorang berangsur tua. Bahkan sejatinya proses penuaan itu dimulai ketika kita dilahirkan. Tetapi dalam hubungannya dengan motivasi & semangat, seseorang disebut tua ketika ia tidak sanggup lagi menghadapi suatu perubahan. Setidaknya itu terbukti didalam diri S.I. Hayakawa yang pernah menjadi presiden San Francisco State University. Setelah pensiun dari jabatan prestisiusnya tersebut, bukan berarti saatnya berdiam dan menghitung hari. Pada usia tujuh puluh tahun Hayakawa justru membuat terobosan dengan menjadi anggota senat Amerika.
Jadi, berapapun usia kita saat ini...apapun profesi kita sekarang,kita harus membuat perubahan. Ketika tidak ada perubahan, kemajuan, pertumbuhan dalam hidup kita, saat itulah Saudara dan Saya telah menjadi tua! Tidak ada kata terlambat bagi kita untuk bertumbuh secara rohani ataupun secara intelektualitas.Teruslah belajar. Teruslah berinovasi. Teruslah berjuang. Selama masih ada semangat, Anda belum terlalu tua!
Ada dua hal sederhana yang dapat kita tiru dari Raja Yehuda bernama ASA, dan dua hal inilah yang harus mendasari sebuah perubahan yang baik. Pertama, lakukan apa yang baik. Baik dalam arti tindakan yang berhubungan dengan sesama kita. Jangan melukai sesama, tetapi memberkati. Jangan mencuri dari sesama tetapi memberi. Jangan menjerumuskan sesama, tetapi mengentaskan mereka dari keterpurukkan. Kedua, lakukan apa yang benar dimata Tuhan. Benar dalam arti,tepat,lurus-lurus sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan coba-coba serong, walau hanya sepersekian derajat. Inilah bisnis orang percaya: MEMBUAT PERUBAHAN! (Tentu yang positif). Simak 2 Taw. 14:2
Minggu, 07 Februari 2010
Renungan
Dua Pokok Penting Dalam Hidup
Pengkhotbah 7:1 – 4
Jika kita berbicara soal harta benda-kekayaan, tidak ada orang yang mengaku cukup kaya. Hal itu berarti pula bahwa manusia cenderung merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Salah satu kisah yang tepat menggambarkan hal ini adalah kisah tentang nenek renta di Florida yang meninggal sebagai orang miskin, gembel, walau sejatinya dia memiliki 1 juta dolar Amerika sebagai harta milik. Dia terus saja mengemis untuk makan walau dia sebenarnya kaya, dia tidak pernah mau berbagi kepada orang lain. Dia hanya dikenal sebagai gembel setelah meninggal. Benarkah kekayaan, harta benda itu bernilai lebih dari hal lainnya dalam hidup ini? Melalui pesan dalam teks di atas kita disadarkan kembali akan beberapa pokok penting yang perlu kita renungkan dalam kehidupan.
Pertama, hidup ini sifatnya sementara dan berakhirnya tidak terduga. Pengkhotbah mengajarkan sebuah hikmat yang tak terduga yaitu tingginya nilai rumah duka. Di sana ia mengatakan bahwa rumah duka adalah kesudahan semua manusia. Pada ayat ke 2-3 dikatakan bahwa “...dirumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya....” Apa yang harus diperhatikan? Tentu saja sifat dari kematian yang sering tidak terduga dan mengejutkan orang lain. Kerap orang berpikir “hidup adalah anugerah...nikmati sajalah!” Memang betul demikian tetapi Pengkhotbah pada pasal yang sama, ayat ke 8 berkata juga: “Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya....” Jadi, ada baiknya waktu kita hidup seperti sekarang, kita juga memikirkan menyelesaikan garis akhir hidup kita dengan baik.
Kedua, dalam hidup ini, nama baik lebih penting dari pada minyak. Coba kita simak Kitab Pengkhotbah 7:1, di sana dikatakan bahwa “nama yang harum lebih baik dari pada minyak....” Kalimat ini tepat dengan peribahasa yang kita pahami bersama yaitu “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama baik.” Nama baik lebih berharga daripada minyak yang merupakan simbol dari kelimpahan atau kepemilikan terhadap harta benda. Apakah minyak (harta) merupakan sebuah hal yang tidak kita perlukan? Semua orang perlu harta, tetapi Pengkhotbah mengatakan nama harum adalah LEBIH BAIK. Berarti memiliki harta saja bagi manusia baru memiliki hal yang BAIK belum LEBIH BAIK. Karena itu, usahakanlah nama baik dan jagalah melebihi kita menjaga harta benda.
Saudaraku, konon kabarnya cara pemburu menangkap monyet sangat sederhana, ia cukup meletakkan suatu makanan kesukaan monyet di dalam sebuah botol terbuka. Ketika seekor monyet melihat makanan di dalam botol itu, buru-buru ia memasukkan tangannya ke dalam botol dan menggenggam makanan itu. Apa yang terjadi selanjutnya? Si monyet kesulitan mengeluarkan tangannya dari dalam botol sebab ia enggan melepaskan genggaman tangan yang berisi makanan. Pada saat itulah para pemburu menyergapnya dan kemudian membunuh atau menjualnya. Apa maknanya bagi kita? Seringkali kita memilih menggenggam tangan untuk mempertahankan harta kita, dan mengabaikan halyang lebih penting daripada harta itu, yaitu hidup kita sendiri dan sesama kita. Akhirnya kita kehilangan kebebasan, kehilangan sahabat dan saudara hanya karena kita mempertahankan harta secara membabi buta. Hidup ini fana, harta juga fana tapi nama baik dikenang orang sepanjang masa!.
Pengkhotbah 7:1 – 4
Jika kita berbicara soal harta benda-kekayaan, tidak ada orang yang mengaku cukup kaya. Hal itu berarti pula bahwa manusia cenderung merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Salah satu kisah yang tepat menggambarkan hal ini adalah kisah tentang nenek renta di Florida yang meninggal sebagai orang miskin, gembel, walau sejatinya dia memiliki 1 juta dolar Amerika sebagai harta milik. Dia terus saja mengemis untuk makan walau dia sebenarnya kaya, dia tidak pernah mau berbagi kepada orang lain. Dia hanya dikenal sebagai gembel setelah meninggal. Benarkah kekayaan, harta benda itu bernilai lebih dari hal lainnya dalam hidup ini? Melalui pesan dalam teks di atas kita disadarkan kembali akan beberapa pokok penting yang perlu kita renungkan dalam kehidupan.
Pertama, hidup ini sifatnya sementara dan berakhirnya tidak terduga. Pengkhotbah mengajarkan sebuah hikmat yang tak terduga yaitu tingginya nilai rumah duka. Di sana ia mengatakan bahwa rumah duka adalah kesudahan semua manusia. Pada ayat ke 2-3 dikatakan bahwa “...dirumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya....” Apa yang harus diperhatikan? Tentu saja sifat dari kematian yang sering tidak terduga dan mengejutkan orang lain. Kerap orang berpikir “hidup adalah anugerah...nikmati sajalah!” Memang betul demikian tetapi Pengkhotbah pada pasal yang sama, ayat ke 8 berkata juga: “Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya....” Jadi, ada baiknya waktu kita hidup seperti sekarang, kita juga memikirkan menyelesaikan garis akhir hidup kita dengan baik.
Kedua, dalam hidup ini, nama baik lebih penting dari pada minyak. Coba kita simak Kitab Pengkhotbah 7:1, di sana dikatakan bahwa “nama yang harum lebih baik dari pada minyak....” Kalimat ini tepat dengan peribahasa yang kita pahami bersama yaitu “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama baik.” Nama baik lebih berharga daripada minyak yang merupakan simbol dari kelimpahan atau kepemilikan terhadap harta benda. Apakah minyak (harta) merupakan sebuah hal yang tidak kita perlukan? Semua orang perlu harta, tetapi Pengkhotbah mengatakan nama harum adalah LEBIH BAIK. Berarti memiliki harta saja bagi manusia baru memiliki hal yang BAIK belum LEBIH BAIK. Karena itu, usahakanlah nama baik dan jagalah melebihi kita menjaga harta benda.
Saudaraku, konon kabarnya cara pemburu menangkap monyet sangat sederhana, ia cukup meletakkan suatu makanan kesukaan monyet di dalam sebuah botol terbuka. Ketika seekor monyet melihat makanan di dalam botol itu, buru-buru ia memasukkan tangannya ke dalam botol dan menggenggam makanan itu. Apa yang terjadi selanjutnya? Si monyet kesulitan mengeluarkan tangannya dari dalam botol sebab ia enggan melepaskan genggaman tangan yang berisi makanan. Pada saat itulah para pemburu menyergapnya dan kemudian membunuh atau menjualnya. Apa maknanya bagi kita? Seringkali kita memilih menggenggam tangan untuk mempertahankan harta kita, dan mengabaikan halyang lebih penting daripada harta itu, yaitu hidup kita sendiri dan sesama kita. Akhirnya kita kehilangan kebebasan, kehilangan sahabat dan saudara hanya karena kita mempertahankan harta secara membabi buta. Hidup ini fana, harta juga fana tapi nama baik dikenang orang sepanjang masa!.
Langganan:
Postingan (Atom)