Ketika segalanya tidak seperti yang kita harapkan:
SABAR TAPI BUKAN PASRAH
Filipi 4:11-13
Harapan Pham Ngoc Canh seorang mahasiswa Vietnam yang belajar ilmu kimia di Korea Utara tahun 1971 untuk mempersunting Ri Young Hui gadis Korea Utara yang dikenalnya di depan laboratorium kampus musnah sudah, sebab rezim di Korea Utara melarang warganya berhubungan dengan orang asing meski dari Negara komunis seperti Vietnam. Cinta yang terkandas hanya karena perbedaan bangsa dan nilai politik tentu saja bukan harapan Pham Ngoc Canh. Tentu Pham dan Ri bersedih karena kenyataan itu. Bukan hanya Pham dan Ri, setiap orang yang memiliki harapan dan akhirnya harapan itu tidak terwujud tentu kecewa. Tetapi itulah kenyataan yang harus kita terima: Bahwa kadangkala segala sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan rencanakan.
Paulus pun seorang Rasul Allah yang karena ilham Roh telah menulis 14 kitab dalam Perjanjian Baru harus menerima kenyataan bahwa hidup tidaklah mulus seperti yang dibayangkan oleh setiap manusia. Kalaupun Paulus sadar bahwa ia harus memikul salib sebagai konsekuensi pengabdiannya pada Kristus, dia tentu tidak menduga jika harus mengalami kelaparan, rasa haus, dipukul orang, mengembara tanpa tempat tinggal yang pasti, dimaki, difitnah, mengalami banjir, berhadapan dengan rampok dan bahkan menurut sejarah ia harus berkali-kali dipenjara-baik dalam tahanan rumah ataupun penjara dengan tingkat pengamanan maximum security (I Korintus 4:11-13;II Korintus 11:23-27.) Manis-getirnya kehidupan yang pernah ia jalani membuat Paulus dapat berkata:
Filipi 4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
Ketika segalanya tidak seperti yang kita harapkan, dengarkanlah nasihat Rasul Paulus dalam Kitab Roma 12:12 “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Tetaplah bersukacita sebab semua masalah pasti dapat kita tanggung di dalam Dia (Filipi 4:3). Tetaplah tekun berdoa, sebab doa adalah jembatan penghubungan antara kita dengan Sang Maha Kuasa; penolong yang Agung. Dan selanjutnya yang tidak kalah penting tetaplah sabar! Sabar dan bukan pasrah. Pasrah itu berkonotasi menyerah kalah tetapi sabar (dalam bahasa Gerika = Makrothumia) salah satu artinya adalah “SEMANGAT YANG TIDAK KENAL MENYERAH DAN AKHIRNYA MENGHASILKAN PAHALA”
Sabar itu berarti aktif berusaha mencari jalan keluar, aktif memperbaiki kesalahan-kesalahan kita yang mungkin saja menyebabkan rintangan itu muncul. Dan tentu saja aktif mencari Tuhan dan hikmat-Nya untuk menanggung dan mengatasi masalah kita.
Masih ingat dengan cerita Pham dan Ri yang saya tulis di atas? Kedunya memutuskan untuk tidak menikah dengan orang lain. Akhirnya berkat kesabaran mereka yang aktif dengan terus saling bersurat selama 20 tahun tanpa pernah bertemu. Berkat kesabaran mereka yang aktif meminta dukungan kedutaan masing-masing Negara dan juga surat Pham kepada Presiden dan Menteri Luar Negeri Vietnam untuk meminta dukungan, akhirnya Bulan September tahun 2002 mereka bertemu kembali dan pemerintahan Korea Utara mengijinkan mereka menikah. Dihadiri 700 undangan yang menjadi saksi disertai mata yang berkaca-kaca, pada Bulan Desember 2002 meraka menikah pada usia 50 tahun di Hanoi,… setelah menunggu 30 tahun. Happy Ending! (By.Nng)
SABAR TAPI BUKAN PASRAH
Filipi 4:11-13
Harapan Pham Ngoc Canh seorang mahasiswa Vietnam yang belajar ilmu kimia di Korea Utara tahun 1971 untuk mempersunting Ri Young Hui gadis Korea Utara yang dikenalnya di depan laboratorium kampus musnah sudah, sebab rezim di Korea Utara melarang warganya berhubungan dengan orang asing meski dari Negara komunis seperti Vietnam. Cinta yang terkandas hanya karena perbedaan bangsa dan nilai politik tentu saja bukan harapan Pham Ngoc Canh. Tentu Pham dan Ri bersedih karena kenyataan itu. Bukan hanya Pham dan Ri, setiap orang yang memiliki harapan dan akhirnya harapan itu tidak terwujud tentu kecewa. Tetapi itulah kenyataan yang harus kita terima: Bahwa kadangkala segala sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan rencanakan.
Paulus pun seorang Rasul Allah yang karena ilham Roh telah menulis 14 kitab dalam Perjanjian Baru harus menerima kenyataan bahwa hidup tidaklah mulus seperti yang dibayangkan oleh setiap manusia. Kalaupun Paulus sadar bahwa ia harus memikul salib sebagai konsekuensi pengabdiannya pada Kristus, dia tentu tidak menduga jika harus mengalami kelaparan, rasa haus, dipukul orang, mengembara tanpa tempat tinggal yang pasti, dimaki, difitnah, mengalami banjir, berhadapan dengan rampok dan bahkan menurut sejarah ia harus berkali-kali dipenjara-baik dalam tahanan rumah ataupun penjara dengan tingkat pengamanan maximum security (I Korintus 4:11-13;II Korintus 11:23-27.) Manis-getirnya kehidupan yang pernah ia jalani membuat Paulus dapat berkata:
Filipi 4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
Ketika segalanya tidak seperti yang kita harapkan, dengarkanlah nasihat Rasul Paulus dalam Kitab Roma 12:12 “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” Tetaplah bersukacita sebab semua masalah pasti dapat kita tanggung di dalam Dia (Filipi 4:3). Tetaplah tekun berdoa, sebab doa adalah jembatan penghubungan antara kita dengan Sang Maha Kuasa; penolong yang Agung. Dan selanjutnya yang tidak kalah penting tetaplah sabar! Sabar dan bukan pasrah. Pasrah itu berkonotasi menyerah kalah tetapi sabar (dalam bahasa Gerika = Makrothumia) salah satu artinya adalah “SEMANGAT YANG TIDAK KENAL MENYERAH DAN AKHIRNYA MENGHASILKAN PAHALA”
Sabar itu berarti aktif berusaha mencari jalan keluar, aktif memperbaiki kesalahan-kesalahan kita yang mungkin saja menyebabkan rintangan itu muncul. Dan tentu saja aktif mencari Tuhan dan hikmat-Nya untuk menanggung dan mengatasi masalah kita.
Masih ingat dengan cerita Pham dan Ri yang saya tulis di atas? Kedunya memutuskan untuk tidak menikah dengan orang lain. Akhirnya berkat kesabaran mereka yang aktif dengan terus saling bersurat selama 20 tahun tanpa pernah bertemu. Berkat kesabaran mereka yang aktif meminta dukungan kedutaan masing-masing Negara dan juga surat Pham kepada Presiden dan Menteri Luar Negeri Vietnam untuk meminta dukungan, akhirnya Bulan September tahun 2002 mereka bertemu kembali dan pemerintahan Korea Utara mengijinkan mereka menikah. Dihadiri 700 undangan yang menjadi saksi disertai mata yang berkaca-kaca, pada Bulan Desember 2002 meraka menikah pada usia 50 tahun di Hanoi,… setelah menunggu 30 tahun. Happy Ending! (By.Nng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar