Kuliah Lagi
Setelah menunggu dua tahun dan disertai pergumulan serius beberapa bulan terakhir akhirnya saya kembali ke bangku kuliah. Sempat was-was juga soal kemampuan sendiri, soal biaya dan beberapa hal lainnya. Disisi lain syukur mengalir deras dari hati kecil karena istri tercinta mendukung sekali, sungguh itu adalah dukungan terpenting yang saya terima.
Hal yang paling mengkhawatirkan saya sebenarnya adalah soal kemampuan akademis, nggak pede rasanya dan kalau dibayangkan jauh kedepan…wah dua tahun lagi baru selesai…lama banget!!!!!! Syukur juga karena Allah tidak pernah membiarkan saya melangkah sendirian menanggung beban pikiran yang demikian. Dalam masa-masa pergumulan menjelang masuk kampus lagi dan saat menapaki hari-hari pertama di perkuliahan ada perenungan menarik yang Tuhan ajarkan kepada saya.
Pertama dalam pergulatan batin Tuhan bertanya, apa motivasiku sekolah lagi? Pertanyaan yang mencuat keluar dari hati kecil ini sempat mengganggu saya berminggu-minggu lamanya. Apakah supaya ada embel-embel Master di belakang gelar sarjana saya? Jika benar,itu artinya saya sekolah hanya demi gengsi. Syukurlah itu bukan saya! Motif lain yang saya selidiki adalah apakah agar mendapat promosi atau kenaikan gaji? Syukurlah itu juga bukan, sebab saya sudah kenyang dengan jabatan yang tidak pernah saya minta. Motivasi saya hanya satu, saya ingin lebih banyak berbagi walau tidak naik gaji! Saya mau jemaat semakin berpengetahuan karena saya ditambahkan pengetahuan.
Kedua, di atas telah saya tuliskan keluhan saya tentang lamanya waktu yang harus saya tempuh dalam kuliah ini. Tentang inipun Tuhan berbisik dalam doa saya: “jangan lihat bulan depan atau tahun depan, tetapi lihatlah hari ini dan ayunkan kaki menjalani hari ini!” Buru-buru saya tersadar, benar juga ya…ngapain kuatir dengan sesuatu yang masih jauh di depan. Saya jadi terdorong menjalani Senin sampai Jumat perkuliahan dengan rasa syukur. Saya mulai kuliah 19 Januari itu artinya 19 Januarilah yang harus saya hadapi, bukan 23 januari…pasti nanti saya akan tiba di 27 November akhir perkuliahan. Bukankah demikian halnya dengan hidup kita? Kita sering kuatir dengan bulan depan dan tahun depan. Nikmatilah hidup dan jangan kuatir, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, seperti dikatakan dalam Matius 6:34. Esok ada kesusahan lain dan pasti ada juga jalan keluar lain.
Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi yang lain.
Setelah menunggu dua tahun dan disertai pergumulan serius beberapa bulan terakhir akhirnya saya kembali ke bangku kuliah. Sempat was-was juga soal kemampuan sendiri, soal biaya dan beberapa hal lainnya. Disisi lain syukur mengalir deras dari hati kecil karena istri tercinta mendukung sekali, sungguh itu adalah dukungan terpenting yang saya terima.
Hal yang paling mengkhawatirkan saya sebenarnya adalah soal kemampuan akademis, nggak pede rasanya dan kalau dibayangkan jauh kedepan…wah dua tahun lagi baru selesai…lama banget!!!!!! Syukur juga karena Allah tidak pernah membiarkan saya melangkah sendirian menanggung beban pikiran yang demikian. Dalam masa-masa pergumulan menjelang masuk kampus lagi dan saat menapaki hari-hari pertama di perkuliahan ada perenungan menarik yang Tuhan ajarkan kepada saya.
Pertama dalam pergulatan batin Tuhan bertanya, apa motivasiku sekolah lagi? Pertanyaan yang mencuat keluar dari hati kecil ini sempat mengganggu saya berminggu-minggu lamanya. Apakah supaya ada embel-embel Master di belakang gelar sarjana saya? Jika benar,itu artinya saya sekolah hanya demi gengsi. Syukurlah itu bukan saya! Motif lain yang saya selidiki adalah apakah agar mendapat promosi atau kenaikan gaji? Syukurlah itu juga bukan, sebab saya sudah kenyang dengan jabatan yang tidak pernah saya minta. Motivasi saya hanya satu, saya ingin lebih banyak berbagi walau tidak naik gaji! Saya mau jemaat semakin berpengetahuan karena saya ditambahkan pengetahuan.
Kedua, di atas telah saya tuliskan keluhan saya tentang lamanya waktu yang harus saya tempuh dalam kuliah ini. Tentang inipun Tuhan berbisik dalam doa saya: “jangan lihat bulan depan atau tahun depan, tetapi lihatlah hari ini dan ayunkan kaki menjalani hari ini!” Buru-buru saya tersadar, benar juga ya…ngapain kuatir dengan sesuatu yang masih jauh di depan. Saya jadi terdorong menjalani Senin sampai Jumat perkuliahan dengan rasa syukur. Saya mulai kuliah 19 Januari itu artinya 19 Januarilah yang harus saya hadapi, bukan 23 januari…pasti nanti saya akan tiba di 27 November akhir perkuliahan. Bukankah demikian halnya dengan hidup kita? Kita sering kuatir dengan bulan depan dan tahun depan. Nikmatilah hidup dan jangan kuatir, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, seperti dikatakan dalam Matius 6:34. Esok ada kesusahan lain dan pasti ada juga jalan keluar lain.
Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar